EDY MARHADI

Powered By Blogger

Senin, 10 Oktober 2011

Penyerapan Pembelian Beras Di Jabar Rendah


Penyerapan Pembelian Beras Di Jabar Rendah
Oleh Herdiyan

Sabtu, 08 Oktober 2011 | 07:59 WIB



Berita Terkait
Petani Jabar Malas Jual Beras Ke Bulog
Bulog Malang Terima 10.000 Ton Beras Impor Asal Vietnam
Produksi Padi Di Kab. Malang Tak Terpengaruh Kemarau Panjang
Amankan Harga Beras, Bulog & Pemkot Balikpapan Siap Gelar Operasi Pasar
80 Kontainer Jemput Beras Impor Rusak Di Sumbar


BANDUNG: Rangkuman berita ekonomi dari media massa yang terbit di Bandung hari ini, Sabtu 8 Oktober 2011 adalah: Bulog Jabar baru serap beras 52% dan para petani di Karawang diminta atasi gagal panen. Berikut rangkumannya:

Penyerapan beras: Penyerapan beras oleh Bulog Divre Jawa Barat hingga awal Oktober baru sekitar 52% dari rencana pembelian (prognosis) tahun ini. Ditengarai, harga pembelian pemerintah (HPP) yang menjadi pegangan Bulog dalam pengadaan beras tidak lagi diminati oleh petani atau pelaku usaha penggilingan padi. “Sampai dengan 6 Oktober 2011, jumlah pengadaan Divre Jabar telah mencapai 232.707 ton atau 52% dari prognosis. Setelah bulan ini, pengadaan sepertinya akan berat,” kata Kepala Bulog Divre Jabar Usep Karyana, Jumat (7/10). (Pikiran Rakyat)

Gagal panen: Bupati Karawang Ade Swara meminta para petani mampu mengatasi musim kemarau yang berlangsung lama pada musim tanam gadu sekarang ini sehingga dapat meminimalisasikan terjadinya gagal panen. Menurut Ade kegiatan mapag cai ini sebagai tanda dimulainya musim tanam. Adapun langkah yang bisa diambil para petani untuk mengantisipasi musim kemarau yang berkepanjangan ini, petani harus memiliki ketersediaan air, percepatan pengolahan tanah, semai dan tanam, pengaturan atau penjadwalan pola tanam, efisiensi air atau penghematan pemakaian air serta melaksanakan pola gilir giring. “Selain itu untuk mengefektifkan ketersediaan air, diperlukan juga adanya pengerukan di saluran irigasi yang mengalami pendangkalan,” kata Ade. (Seputar Indonesia Jabar)

Usaha bangkrut : Membanjirnya produk impor di pasaran mengancam industri menengah di Jawa Barat. Sebanyak 600 industri menengah yang sebagian besar bergerak di bidang tekstil terancam bangkrut. Sekretaris Umum DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar Parlindungan Saragih mengatakan kondisi itu merupakan akibat produk yang dihasilkan kalah bersaing dengan produk luar. Dia menilai perlu langkah antisipatif agar industri menengah tidak terus terpuruk. “Perlu perlindungan terhadap setiap produk lokal. Karena bagaimana pun juga jumlah perusahaan menengah yang didominasi tekstil ini terbilang banyak. Permasalahan tersebut mendera hampir 10% dari sekitar 6.000 perusahaan yang bergerak di bidang itu,” kata Saragih. (Seputar Indonesia Jabar)(mmh)

Tidak ada komentar: