Minggu, 20 Februari 2011
Jurnal Bogor
Jaga Kualitas Raskin
Jurnal Bogor, 10 November 2010
Rubrik: Inohong
Rubrik: Inohong
Pertanyaan untuk Edy Marhadi, Satker Kota Bogor dan Depok Bulog Sub Divisi Regional Cianjur
Mengemban
tugas untuk mendistribusikan beras untuk rakyat miskin (raskin)
bukanlah hal yang mudah. Jika tidak ekstra teliti, maka kesalahan
penghitungan yang berdampak pada kerugian uang negara tentu tidak
mustahil terjadi. Begitupula dengan dampaknya kepada masyarakat penerima
raskin sendiri. Lantas, bagaimana dengan Edy Marhadi yang
merupakan Satker (Satuan Kerja) Kota Bogor dan Depok Bulog Sub Divisi
Regional Cianjur dalam mengemban amanah sebagai petugas Bulog, yang
khusus menangani raskin untuk wilayah Kota Bogor dan Depok? Simak
penuturannya kepada wartawan Jurnal Bogor, Nadia Yuliana saat ditemui di Gudang Bulog Dramaga belum lama ini.
1. Apa kabar? Bisa diceritakan kesibukan Anda saat ini?
Alhamdulillah
kabar baik. Kesibukan saya saat ini adalah membantu mendistribusikan
beras raskin untuk Kota Bogor dan Depok. Proses distribusinya, dari
Gudang Bulog Dramaga ke titik distribusi, yakni kelurahan penerima
bantuan raskin.
2. Sejak kapan Anda mengemban amanah tersebut?
Tepatnya
sejak 1 Oktober 2009. Saya resmi bekerja di Perum Bulog ini sejak
bulan November 2008. Awalnya, saya ditempatkan di Kasi Pelayanan Publik
pada Bulog Sub Drive Cianjur sebagai Staf Pelaksana. Lalu menjadi Staf
Pelayanan Publik Bulog Sub Drive Cianjur.
3. Kabarnya, saat ini Anda menjabat dua tugas, benarkah?
Ya,
saya menjabat dua tugas, yaitu sebagai Staf Kasi Gasar (Harga Pasar)
dan sebagai Satker Kota Bogor dan Depok Bulog Sub Divisi Regional
Cianjur. Secara jabatan struktural, saya merupakan Staf Kasi Gasar yang
pekerjaannya memantau, melaporkan dan menganalisis harga sembilan bahan
pokok di pasaran. Sedangkan menjadi satker, merupakan jabatan
kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada saya. Jabatan satker ini
tidak ada dalam struktur jabatan kerja. Bukan hanya di sini, di wilayah
lainpun sama. Satker merupakan tugas kepercayaan yang diberikan
pimpinan untuk spesifik mengurusi soal raskin, tidak masuk struktur
yang sebenarnya.
4. Bagaimana dengan Kota Bogor, apa Anda menemukan kendala dalam mendistribusikan raskin?
Kendala
itu pasti ada, tapi yang penting adalah bagaimana kita bisa memaknai
kendala itu sebagai tantangan yang harus dihadapi untuk kebaikan
bersama. Pada fase awal saya menjabat sebagai satker raskin di Kota
Bogor, tidak ada integritas administrasi. Dalam arti, sistem yang
berjalan tidak terpadu. Misalnya pada sistem pembayaran raskin dari
penerima raskin ke Bulog. Namun perlahan saya coba untuk memperbaiki
sistem itu. Alhamdulillah sekarang sudah mulai bagus sistemnya.
5. Bagaimana
sistem pembayaran raskin yang Anda terapkan? Apa Anda menerima uang
tunai secara langsung dari penerima raskin setiap bulannya?
Nah,
itu dia.. Untuk menghindari adanya penyimpangan atau kekhilafan, sejak
awal saya memberlakukan aturan untuk tidak menerima uang pembayaran
raskin secara tunai. Itu juga saya tekankan kepada asisten saya.
Walaupun sebenarnya diperbolehkan menerima uang raskin secara langsung.
Hal itu saya lakukan agar sistem bisa berjalan dengan baik. Jadi
mekanismenya untuk di Kota Bogor, keluarga penerima raskin membayar
jatah raskinnya ke pengurus raskin di tiap RT/RW. Lalu oleh RT/RW
disetorkan ke pengurus raskin di kelurahan. Setelah itu, pengurus raskin
di kelurahan menyetorkan langsung ke Bank, dalam hal ini Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dan bukti setor dicatat di kecamatannya masing-masing
dan tembusannya ke Kantor Ketahanan Pangan (KKP). Bukti setor tersebut
dari pihak kecamatan diambil oleh petugas KKP, lalu langsung diserahkan
ke Satker raskin Bulog. Namun, apabila ada kemacetan pembayaran, maka
kami melakukan upaya jemput bola ke kelurahan yang bersangkutan bersama
tim monev (monitoring evaluasi).
6. Bagaimana Anda menanggapi munculnya keluhan masyarakat soal kualitas dan kuantitas beras raskin?
Tentunya
saya menanggapi dengan positif. Saya selalu berusaha untuk bekerja
sebaik-baiknya agar tidak ada lagi keluhan masyarakat soal kualitas dan
kuantitas raskin. Sebelum disalurkan ke masyarakat, raskin terlebih
dahulu melalui uji petik untuk mengontrol kualitasnya serta melakukan
uji sampling berat raskin untuk memastikan kuantitas raskin itu sesuai
dengan yang seharusnya.
7. Kalau boleh tahu, awalnya bagaimana Anda mengawali karir di Bulog?
Saya
mengawali karir di Bulog ini mulai dari bawah. Latar belakang saya
dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Waktu di Cirebon, saya merupakan
Ketua Kelompok Kerja Masyarakat (KKM) yang konsen pada bidang
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Dari situlah saya
menjadi salah satu pengawal raskin dari kalangan LSM selama lima tahun.
Baru pada November 2008 saya mendapat kesempatan untuk bekerja di
Bulog.
8. Siapa orang yang banyak membantu dan menginspirasikan Anda dalam karir di Bulog ini?
Yang
paling banyak membantu dan memberikan arahan adalah Pak Saparudin yang
merupakan Pimpinan Kasi Gasar serta Pak Ngadino yang merupakan Kasub
Bulog Divisi Regional Cianjur. Beliau berdua adalah guru saya. Saya
sangat berterimakasih pada mereka.
9. Terakhir, apa harapan Anda untuk distribusi raskin di Kota Bogor?
Saya
berharap Kota Bogor bisa menjadi yang terbaik dalam urusan
pendistribusian raskin, serta semoga bisa menjadi percontohan untuk
wilayah lain.